KEBUDAYAAN DAN KESENIAN BANGKA BELITUNG
NAMA : Edo Pratama
NPM : 52413767
Kebudayaan Dan Kesenian Bangka Belitung
Pendahuluan
Sejarah Kepulauan Bangka Belitung
Wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, terutama Pulau
Bangka berganti-ganti menjadi daerah taklukan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
Setelah kapitulasi dengan Belanda, Kepulauan Bangka Belitung menjadi jajahan
Inggris sebagai "Duke of Island". 20 Mei 1812 kekuasaan Inggris
berakhir setelah konvensi London 13 Agustus 1824, terjadi peralihan kekuasaan
daerah jajahan Kepulauan Bangka Belitung antara MH. Court (Inggris) dengan K.
Hcyes (Belanda) di Muntok pada 10 Desember 1816. Kekuasaan Belanda mendapat
perlawanan Depati Barin dan putranya Depati Amir yang di kenal sebagai perang
Depati Amir (1849-1851). Kekalahan perang Depati Amir menyebabkan Depati Amir
diasingkan ke Desa Air Mata Kupang NTT. Atas dasar stbl. 565, tanggal 2
Desember 1933 pada tanggal 11 Maret 1933 di bentuk Resindetil Bangka Belitung
Onderhoregenheden yang dipimpin seorang residen Bangka Belitung dengan 6
Onderafdehify yang di pimpin oleh Ast. Residen. Di Pulau Bangka terdapat 5
Onderafdehify yang akhirnya menjadi 5 Karesidenan sedang di Pulau Belitung
terdapat 1 Karesidenan. Di zaman Jepang, Karesidenan Bangka Belitung di
perintah oleh pemerintahan Militer Jepang yang disebut Bangka Beliton Ginseibu.
Setelah Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, oleh Belanda di bentuk Dewan
Bangka Sementara pada 10 Desember 1946 (stbl.1946 No.38) yang selanjutnya resmi
menjadi Dewan Bangka yang diketuai oleh Musarif Datuk Bandaharo Leo yang
dilantik Belanda pada 11 November 1947. Dewan Bangka merupakan Lembaga
Pemerintahan Otonomi Tinggi. Pada 23 Januari 1948 (stb1.1948 No.123), Dewan
Bangka, Dewan Belitung dan Dewan Riau bergabung dalam Federasi Bangka Belitung
dan Riau (FABERI) yang merupakan suatu bagian dalam Negara Republik Indonesia
Serikat (RIS). Berdasarkan Keputusan Presiden RIS Nomor 141 Tahun 1950 kembali
bersatu dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga berlaku
undang-undang Nomor 22 Tahun 1948. Pada tanggal 22 April 1950 oleh Pemerintah
diserahkan wilayah Bangka Belitung kepada Gubernur Sumatera Selatan Dr. Mohd.
lsa yang disaksikan oleh Perdana Menteri Dr. Hakim dan Dewan Bangka Belitung
dibubarkan. Sebagai Residen Bangka Belitung ditunjuk R. Soemardja yang
berkedudukan di Pangkalpinang.Berdasarkan UUDS 1950 dan UU Nomor 22 Tahun 1948
dan UU Darurat Nomor 4 tanggal 16 November 1956 Karesidenan Bangka Belitung
berada di Sumatera Selatan yaitu Kabupaten Bangka dan dibentuk juga kota kecil
Pangkalpinang. Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1957 Pangkalpinang menjadi Kota
Praja. Pada tanggal 13 Mei 1971 Presiden Soeharto meresmikan Sungai Liat
sebagai ibukota Kabupaten Bangka. Berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2000 wilayah
Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung menjadi Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Selanjutnya sejak tanggal 27 Januari 2003 Provinsi
Kepualauan Bangka Belitung mengalami pemekaran wilayah dengan menambah 4
Kabupaten baru yaitu Kabupaten Bangka Barat, Bangka Tengah, Belitung Timur dan
Bangka Selatan.
VISI MISI PROVINSI BANGKA BELITUNG
VISI
Terwujudnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Yang Aman,
Damai, Sejahtera, Adil, Demokratis Dan Berdaya Saing Global Dalam Wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia
MISI
1. Membangun komitmen bersama
pemerintah, masyarakat untuk menciptakan iklim kondusif, dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila Dan UUD 1945.
2. Meningkatkan kualitas sumber
daya insani masyarakat melalui penguatan sektor pendidikan, kesehatan,
olahraga, seni dan budaya daerah/nasional serta pembinaan generasi muda.
3. Meningkatkan kapasitas
pengayoman dan pelayanan publik baik kepada masyarakat pada umumnya maupun
pelayanan investasi dalam segala sektor dengan menerapkan sekurang-kurangnya
Standard Pelayanan Minimum (SPM) dan secara bertahap mengupayakan penguatan
kapasitas melalui pengaplikasian E-Government di lingkungan Pemerintah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung termasuk Kabupaten/Kota.
4. Meningkatkan kapabilitas
infrastruktur, dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi masyarakat dan
penguatan kapasitas infrastruktur yang berkaitan dengan investasi seperti
bandara, pelabuhan laut, kawasan industri, pembangkit tenaga listrik,
telekomunikasi, instalasi air bersih, rumah sakit, dan perbankan.
5. Menciptakan lapangan kerja
dan lapangan berusaha, dalam rangka meningkatkan income per kapita dan daya
beli masyarakat melalui penguatan terhadap 6 sektor unggulan daerah (yaitu:
kelautan dan perikanan, pariwisata, pertanian, pertambangan, perindustrian,
perdagangan dan jasa), serta menciptakan tenaga kerja siap pakai dan berdaya
saing sebagai salah satu komoditas daerah yang siap dipasarkan ke lingkup
domestik, regional dan global.
6. Memperhatikan masalah
lingkungan hidup sebagai salah satu azas dalam mengambil keputusan publik pada
semua sektor pembangunan sekaligus melakukan upaya rehabilitasi, reklamasi dan
refungsionalisasi terhadap lahan-lahan kritis menjadi lahan produktif dengan
melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat secara terpadu dan bersinergi.
7. Meneruskan penyusunan
Peraturan-Peraturan Daerah (Perda) sebagai penjabaran dari aturan
perundang-undangan yang lebih tinggi sebagai dasar penetapan kebijakan publik
pemerintah daerah yang legitimate serta melakukan penegakan hukum secara
konsisten dan konsekuen baik di lingkup internal pemerintahan maupun
masyarakat.
8. Melaksanakan program
pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui penguatan kapasitas lembaga ekonomi
rakyat seperti Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) Dan Koperasi untuk
menciptakan sentra-sentra pembangunan produk unggulan wilayah pedesaan/
kecamatan/kabupaten/kota sesuai dengan kultur dan potensi wilayah.
9. Meningkatan kapabilitas aparatur
pemerintah untuk menciptakan good governance dan clean government secara
tersistem dan menyeluruh dengan melakukan gerakan bersama dalam pemberantasan
KKN berbasis kultur dan agama. melakukan penerapan prinsip reward and
punishment dalam rangka meningkatkan rasa tanggung jawab dan kebanggaan
profesionalisme dengan tidak mengenyampingkan jiwa pengabdian sebagai “abdi
negara” dan semangat patriotisme sebagai bagian anak bangsa yang senantiasa
berupaya melestarikan semangat kejuangan 17 Agustus 1945. Penegakan hukum (law
enforcement) dilakukan secara konsisten dan konsekuen tanpa pandang bulu,
menyeluruh “tidak tebang pilih” berdasarkan kepada Peraturan dan Undang-Undang
yang berlaku baik di lingkungan pemerintahan maupun masyarakat pada umumnya.
10. Melakukan
upaya pembangunan infrastuktur pada proyek-proyek strategis dalam rangka
meningkatkan daya saing regional dan global melalui pengupayaan pembangunan
international entry port (pelabuhan samudera) di belitung yang dilengkapi dengan
kawasan Free Trade Zone atau sekurang-kurangnya Bounded Zone sekaligus
melakukan penguatan infrastruktur di tingkat regional entry port (pelabuhan
nusantara) di Bangka dan Belitung serta meningkatkan status bandara Pangkal
Pinang untuk dapat mengakomodasi jalur penerbangan internasional dengan route
Singapura-Bangka-Bali (Sibaba) sekaligus memperkuat jalur penerbangan regional
yang menghubungkan secara rutin Jakarta-Bangka, Jakarta Belitung,
Jakarta-Bangka-Belitung, Batam-Bangka-Belitung-Palembang serta mengupayakan
percepatan realisasi belitung sebagai etalase kelautan dan merintis konsep
pengembangan Zona Karimata (Karimata Growth Zone).
Sosial Budaya
Penduduk Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang semula dihuni
orang-orang suku laut, dalam perjalanan sejarah yang panjang membentuk proses
kulturisasi dan akulturasi. Orang-orang laut itu sendiri berasal dari berbagai
pulau. Orang laut dari Belitung berlayar dan menghuni pantai-pantai di Malaka.
Sementara mereka yang sudah berasimilasi menyebar ke seluruh Tanah Semenanjung
dan pulau-pulau di Riau. Kemudian kembali dan menempati lagi Pulau Bangka dan
Belitung. Sedangkan mereka yang tinggal di Riau Kepulauan berlayar ke Bangka.
Datang juga kelompok-kelompok Orang Laut dari Pulau Sulawesi dan Kalimantan.
Pada gelombang berikutnya, ketika mulai dikenal adanya Suku Bugis, mereka
datang dan menetap di Bangka, Belitung dan Riau. Lalu datang pula orang dari
Johor, Siantan yang Melayu, campuran Melayu-Cina, dan juga asli Cina, berbaur
dalam proses akulturasi dan kulturisasi. Kemudian datang pula orang-orang
Minangkabau, Jawa, Banjar, Kepulauan Bawean, Aceh dan beberapa suku lain yang
sudah lebih dulu melebur. Lalu jadilah suatu generasi baru: Orang Melayu Bangka
Belitung.
Bahasa yang paling dominan digunakan di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung adalah Bahasa Melayu yang juga disebut sebagai bahasa daerah,
namun seiring dengan keanekaragaman suku bangsa, bahasa lain yang digunakan
antara lain bahasa Mandarin dan bahasa Jawa.
Penduduk Kepulauan Bangka Belitung merupakan masyarakat yang
beragama dan menjunjung tinggi kerukunan beragama. Ditinjau dari agama yang
dianut terlihat bahwa penduduk provinsi ini memeluk agama Islam dengan
presentase sebesar 86.91 persen, untuk penduduk yang menganut agama Budha
sebesar 7.83 persen, agama Kristen Protestan sebesar 2.70 persen, agama
Katholik sebesar 2.45 persen dan lainnya atau 0.11 menganut agama Hindu. Tempat
peribadatan agama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ada sebanyak 718
mesjid, 438 mushola, 102 langgar, 87 gereja protestan, 30 gereja katholik, 48
vihara dan 11 centiya.
AGAMA
Agama yang dianut Masyarakat Bengkulu mayoritas adalah Agama
Islam yang memang di Indonesia sendiri umumnya adalah menganut Agama
Islam dan juga terdapat agama lain seperti Kristen, Hindu, Budha, bahkan ada
yang menganut Animisme.
Atraksi/Event Budaya
Senjata tradisional
Parang bangka bentuknya
seperti layar kapal.
Alat ini digunakan terutama untuk perkelahian jarak pendek. Senjataini mirip
dengan golok di Jawa, namun ujung
parang ini dibuat lebar dan berat guna meningkatkan bobot supaya sasaran dapat
terpotong dengan cepat. Parang yang berdiameter sedang atau sekitar 40 cm juga dapat digunakan
untuk menebang pohon karena
bobot ujungnya yang lebih besar dan lebih berat.
Kedik adalah alat tradisional
yang digunakan sebagai alat pertanian. Alat ini digunakan di perkebunan
terutama di kebun lada.
Dalam menggunakannya si pemakai harus berjongkok dan bergerak mundur atau
menyamping. Alat ini digunakan dengan cara diletakkan pada tanah dan ditarik ke
belakang. Alat ini efektif untuk membersihkan rumput pengganggu tanaman lada.
Kedik biasanya digunakan oleh kaum wanita karena alatnya kecil dan relatif
lebih ringan. Kedik hanya dapat digunakan untuk rumput jenis yang kecil atau
rumput yang tumbuh dengan akar yang dangkal, bukan ilalang.
Musik Dambus Etnik Melayu Khas Bangka Belitung
Musik etnik daerah sudah sepantasnya diangkat ke permukaan,
mengingat selama ini potensi besar yang dimiliki daerah bidang seni dan
kebudayaan belum optimal dikembangkan.
Menguatnya perkembangan industri pariwisata membutuhkan
unsur-unsur penunjang yang cukup. Pariwisata bukan hanya pantai, hotel, candi,
dan lain-lainnya tanpa di sertai keberadaan seni dan budaya yang menarik.
Seperti Bali yang sangat populer di seluruh mata wisatawan mancanegara karena
kaya akan tempat wisata, seni dan kebudayaan yang unik dan khas.
Demikian pula dengan musik etnik melayu, khususnya dambus.
Di Bangka Belitung dalam beberapa tahun terakhir gencar dikembangkan berbagai
kegiatan kesenian musik dambus dalam berbagai event. Bahkan sekarang ini sudah
banyak terbentuk sanggar seni dambus di berbagai daerah di Bangka.
Keberadaan musik dambus yang dulunya hanya terpelihara oleh
masyarakat yang sudah berumur (tua) kini mulai mendapat tempat. Dengan adanya
keberadaan sanggar musik membuat seni dambus mampu menarik minat kaum muda
untuk mempelajarinya.
Bahkan dalam waktu dekat, salah satu sanggar di Bangka
Belitung akan turut berperan serta dalam Festival Lomba Zapin Melayu yang akan
diselenggarakan di Negara Malaysia. Acara ini diikuti oleh banyak daerah melayu
dan negara seperti Aceh, Kep. Riau, Bangka Belitung, Malaysia, Brunai, Serawak
dan lain sebagainya. Berbagai kesenian melayu akan dihadirkan dalam acara
tersebut termasuk tarian dincak dambus.
Musik dambus dengan irama denting dawainya yang khas
menyimpan sejuta ‘rasa’ yang lain dibandingkan musik lain. Musik dambus
dimainkan dengan diiringi lagu dan tarian khas melayu yang di Bangka Belitung
disebut dengan nama “DINCAKâ€. Dahulu
pada perkembangannya, musik dambus selalu menjadi andalan dalam berbagai
kegiatan masyarakat seperti perayaan pesta perkawinan, pesta adat, dan berbagai
kegiatan lainnya.
Pakaian adat Pengantin
Pakaian adat pengantin Kota Pangkalpinang untuk perempuan
adalah baju kurung merah yang biasanya terbuat dari bahan sutra atau beludru
yang jaman dulu disebut baju Seting dan kain yang dipakai adalah kain bersusur
atau kain lasem atau disebut juga kain cual yang merupakan kain tenun asli dari
Mentok. Pada kepalanya memakai mahkota yang dinamakan “Paksian”. Bagi mempelai
laki-laki memakai “Sorban” atau disebut “Sungkon”.
Baju pengantin perempuan menurut keterangan orang tua-tua
berasal dari negeri Cina, konon menurut cerita ada saudagar dari Arab yang
datang ke negeri Cina untuk berdagang sambil menyiarkan agama Islam dan jatuh
cinta dengan seorang gadis Cina kemudian melangsungkan perkawinan dengan gadis
Cina tersebut, pada perkawinan inilah mereka memakai pakaian adat
masing-masing. Selanjutnya karena banyaknya orang-orang Cina dan Arab yang
datang merantau ke pulau Bangka terutama ke Kota Mentok yang merupakan pusat
pemerintahan pada waktu itu diantaranya ada yang melakukan perkawinan maka
banyaklah penduduk pulau Bangka yang meniru pakaian tersebut. Pakaian pengantin
tersebut pada akhirnya kita sebut dengan nama “Paksian”. Pakaian tersebut
terdiri dari :
Pakaian Pengantin Perempuan
Pakaian pengantin perempuan adalah baju kurung dengan bahan
beludru merah yang dilengkapi dengan teratai atau penutup dada serta
menggunakan kain cual yaitu kain tenun asli Bangka yang berasal dari Mentok,
dengan hiasan kepala yang biasa kita sebut Paksian dan dilengkapi dengan
asesoris :
1. Kembang cempaka
2. Kembang goyang
3. Daun bambu
4. Kuntum cempaka
5. Sepit udang
6. Pagar tenggalung
7. Sari bulan
8. Tutup sanggul atau kembang
hong
9. Kalung
10. Anting
panjang
11. Gelang
12. Pending
untuk pinggang
Baju pengantin perempuan ditambah dengan hiasan payet atau
manik-manik dan dilengkapi dengan hiasan Ronce Melati untuk keindahan dan
keharuman alami (bukan keharusan).
Pakaian Pengantin Perempuan berwarna Ungu Kemilik
Pakaian Pengantin Perempuan berwarna Merah
Mahkota Paksian
Mahkota Paksian
Pakaian Pengantin Laki-laki
Adapun untuk pakaian pengantin laki-laki terdiri dari :
1. Jubah panjang sebatas
betis
2. Selempang yang dipakai
pada bahu sebelah kanan
3. Celana
4. Penutup kepala seperti
sorban (sungkon)
5. Pending
6. Selop / Sendal Arab
Pakaian pengantin laki-laki ini berwarna merah dan
biasanya dari bahan beludru dengan hiasan manik-manik dan sama dengan
pengantin perempuan dilengkapi dengan Ronce Melati untuk keindahan dan
keharuman alami (bukan keharusan).
Pakaian Pengantin Perempuan berwarna Ungu Kemilik
Pakaian Pengantin Perempuan berwarna Merah
Sungkon atau Sorban
Sungkon atau Sorban
Tata Rias dan Hiasan
1. Hiasan Dahi
Memakai penutup dahi yang diberi nama “Paksian” dan di dahi
dipasang Saribulan, Pagar Tanggalung dan Sepit Udang pada samping kiri kanan
telinga (Godeg).
UPACARA ADAT BANGKA BELITUNG
·
·
A. Selayang Pandang
· Buang
Jong merupakan salah satu upacara tradisional yang secara turun-temurun
dilakukan oleh masyarakat suku Sawang di Pulau Belitung. Suku Sawang adalah
suku pelaut yang dulunya, selama ratusan tahun, menetap di lautan. Baru pada
tahun 1985 suku Sawang menetap di daratan, dan hanya melaut jika ingin mencari
hasil laut.
· Buang
Jong dapat berarti membuang atau melepaskan perahu kecil
(Jong) yang di dalamnya berisi sesajian dan ancak (replika kerangka
rumah-rumahan yang melambangkan tempat tinggal). TradisiBuang
Jong biasanya dilakukan menjelang angin musim barat berhembus, yakni
antara bulan Agustus-November.
· Pada
bulan-bulan tersebut, angin dan ombak laut sangat ganas dan mengerikan. Gejala
alam ini seakan mengingatkan masyarakat suku Sawang bahwa sudah waktunya untuk
mengadakan persembahan kepada penguasa laut melalui upacara Buang
Jong. Upacara ini sendiri bertujuan untuk memohon perlindungan agar
terhindar dari bencana yang mungkin dapat menimpa mereka selama mengarungi
lautan untuk menangkap ikan.
· Keseluruhan
proses ritual Buang Jong dapat memakan waktu hingga dua hari dua
malam. Upacara ini sendiri diakhiri dengan melarung miniatur kapal bersama
berbagai macam sesaji ke laut. Pascapelarungan, masyarakat suku Sawang dilarang
untuk mengarungi lautan hingga tiga hari ke depan.
B. Keistimewaan
· Buang
Jong dimulai dengan menggelar Berasik, yakni prosesi menghubungi atau
mengundang mahkluk halus melalui pembacaan doa, yang dipimpin oleh pemuka adat
suku Sawang. Pada saat prosesi Berasik berlangsung, akan tampak gejala
perubahan alam, seperti angin yang bertiup kencang ataupun gelombang laut yang
tiba-tiba begitu deras.
· Usai
ritual Berasik, upacara Buang Jong dilanjutkan dengan Tarian
Ancak yang dilakukan di hutan. Pada tarian ini, seorang pemuda akan
menggoyang-goyangkan replika kerangka rumah yang telah dihiasi dengan daun
kelapa, ke empat arah mata angin. Tarian yang diiringi dengan suara gendang
berpadu gong ini, dimaksudkan untuk mengundang para roh halus, terutama roh
para penguasa lautan, untuk ikut bergabung dalam ritual Buang Jong. Tarian
Ancakberakhir ketika si penari kesurupan dan memanjat tiang tinggi yang
disebut jitun.
· Selain Tarian
Ancak, Tari Sambang Tali juga dijadikan salah satu rangkaian acara dalam
upacara Buang Jong. Tarian yang dimainkan oleh sekelompok pria ini,
diambil dari nama burung yang biasa menunjukkan lokasi tempat banyaknya ikan
buruan bagi para nelayan di laut. Ketika nelayan hilang arah, burung ini pula
yang menunjukkan jalan pulang menuju daratan.
· Upacara
Buang Jong kemudian dilanjutkan dengan ritual Numbak Duyung,
yakni mengikatkan tali pada sebuah pangkal tombak, seraya dibacakan
mantra. Mata tombak yang sudah dimantrai ini sangat tajam, hingga konon
dapat digunakan untuk membunuh ikan duyung. Karena itu pula ritual ini disebut
dengan Numbak Duyung. Ritual kemudian dilanjutkan dengan memancing ikan di
laut. Konon, jika ikan yang didapat banyak, maka orang yang mendapat ikan
tersebut tidak diperbolehkan untuk mencuci tangan di laut.
· Setelah
itu, Buang Jong dilanjutkan dengan acara jual-beli jong.Pada
acara ini, orang darat (penduduk sekitar perkampungan suku Sawang) turut
dilibatkan. Karena, jual beli di sini tidak dilakukan dengan menggunakan uang,
namun lebih kepada pertukaran barang antara orang darat dengan orang laut. Pada
acara ini, dapat terlihat bagaimana orang darat dan orang laut saling mendukung
dan menjalin kerukunan. Dengan perantara dukun, orang darat meminta agar orang
laut mendapat banyak rejeki, sementara orang laut meminta agar tidak dimusuhi
saat berada di darat. Acara ini kemudian dilanjutkan dengan Beluncong,
yakni menyanyikan lagu-lagu khas suku Sawang dengan bantuan alat musik
sederhana.Usai Beluncong, acara disambung dengan Nyalui, yaitu mengenang
arwah orang-orang yang sudah meninggal melalui nyanyian.
C. Lokasi
· Upacara
Buang Jong biasanya diadakan di kawasan pantai yang dekat dengan
perkampungan suku Sawang. Salah satunya diTanjung Pendam, Kecamatan
Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Indonesia.
D. Akses
· Bagi
pengunjung yang berasal dari luar Kabupaten
Belitung,sangatlah mudah untuk menuju ke Tanjung Pendam, salah satu lokasi
diadakannya Upacara Buang Jong. Karena, Bandar Udara H. A. S.
Hanandjoeddin berada di Tanjung Pandan. Dari bandara, pengunjung
dapat menyewa motor ataupun mobil yang banyak ditawarkan di sekitar bandara.
E. Harga Tiket
· Pengunjung
yang ingin melihat langsung upacara Buang Jong, tidak dikenakan biaya
apapun.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
· Pengunjung
yang ingin melihat keseluruhan rangkaian Upacara Buang Jong tidak perlu
khawatir untuk mencari penginapan. Di sekitar Kecamatan Tanjung Pandan telah
berdiri beberapa hotel. Selain itu, pengunjung juga akan dengan mudah
menemui beberapa bank pemerintah dan mesin ATM, jika kehabisan uang selama
di Tanjung Pandan. Untuk kemudahan komunikasi, beberapa operator selular
nasional telah membuka jaringan di sana.
· Catatan
: Tradisi ini juga dilakukan di wilayah Kabupaten Bangka Selatan, oleh
nelayan asal belitung (suku sawang) yang menetap di pesisir Pulau Bangka bagian
selatan
Perang Ketupat
Gendang panjang, gendang Tempilang/Gendang disambit, kulet
belulang/Tari kamei, tari Serimbang,/Tari kek nyambut, tamu yang datang
Lagu Timang Burong (Menimang Burung) pengiring tari
serimbang itu dilantunkan secara lembut. Lagu itu, diiringi suara gendang dari
enam penabuh serta alunan biola, untuk mengiringi gerak lima penari remaja yang
menyambut tamu. Dengan baju dan selendang merah, kelima penari menyita
perhatian ribuan pengunjung yang memadati Pantai Pasir Kuning, Tempilang,
Bangka Barat, Bangka Belitung.
Tarian yang menggambarkan kegembiraan sekumpulan burung
siang menyambut kehadiran seekor burung malam itu merupakan pembukaan dari
rangkaian tradisi perang ketupat, khas Kecamatan Tempilang, awal September
lalu. Tradisi tersebut menggambarkan perang terhadap makhluk-makhluk halus yang
jahat, yang sering mengganggu kehidupan masyarakat.
Tradisi itu sebenarnya sudah dimulai pada malam sebelum
perang ketupat dimulai. Pada malam hari sebelumnya, tiga dukun Kecamatan
Tempilang, yaitu dukun darat, dukun laut, dan dukun yang paling senior, memulai
upacara Penimbongan.
Upacara dimaksudkan untuk memberi makan makhluk halus yang
dipercaya bertempat tinggal di darat. Sesaji untuk makanan makhluk halus itu
diletakkan di atas penimbong atau rumah-rumahan dari kayu menangor.
Secara bergantian, ketiga dukun itu memanggil roh-roh di
Gunung Panden, yaitu Akek Sekerincing, Besi Akek Simpai, Akek Bejanggut Kawat,
Datuk Segenter Alam, Putri Urai Emas, Putri Lepek Panden, serta makhluk halus
yang bermukim di Gunung Mares, yaitu Sumedang Jati Suara dan Akek Kebudin.
Menurut para dukun, makhluk-makhluk halus itu bertabiat baik
dan menjadi penjaga Desa Tempilang dari serangan roh-roh jahat. Karena itu,
mereka harus diberi makan agar tetap bersikap baik terhadap warga desa.
Pada upacara Penimbongan itu digelar tari campak, tari
serimbang, tari kedidi, dan tari seramo. Tari campak dilakukan dalam beberapa
tahap dengan iringan pantun yang dinyanyikan secara bersahut-sahutan. Tari ini
juga biasa digelar dalam pesta pernikahan atau pesta rakyat lainnya.
Tari kedidi lebih mirip dengan peragaan jurus-jurus silat
yang diilhami gerakan lincah burung kedidi, sedangkan tari seramo merupakan
tari penutup yang menggambarkan pertempuran habis-habisan antara kebenaran
melawan kejahatan.
Seusai upacara Penimbongan, para dukun itu kembali
mengadakan upacara Ngancak, yakni pada tengah malamnya. Upacara Ngancak
dimaksudkan memberi makan kepada makhluk halus penunggu laut.
Diterangi empat batang lilin, dukun laut membuka acara itu
dengan membaca mantra-mantra pemanggil makhluk halus penunggu laut, di antara
bebatuan tepi Pantai Pasir Kuning, Tempilang. Nama-nama makhluk halus itu
diyakini tidak boleh diberitahukan kepada masyarakat agar tidak disalahgunakan
untuk kepentingan tertentu.
Seperti pada upacara Penimbongan, upacara Ngancak juga
dilengkapi sesaji bagi makhluk halus penunggu laut. Sesaji itu dipercaya
merupakan makanan kesukaan siluman buaya, yaitu buk pulot atau nasi ketan,
telur rebus, dan pisang rejang.
Pagi harinya, seusai tari serimbang digelar, dukun darat dan
dukun laut bersatu merapal mantra di depan wadah yang berisi 40 ketupat. Mereka
juga berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar perayaan tersebut dilindungi, jauh dari
bencana.
Di tengah membaca mantra, dukun darat tiba-tiba tak sadarkan
diri (trance) dan terjatuh. Dukun laut menolongnya dengan membaca beberapa
mantra, dan akhirnya dukun darat pun sadar dalam hitungan detik.
Menurut beberapa orang tua di tempat tersebut, ketika itu
dukun darat sedang berhubungan dengan arwah para leluhur. Kenyataannya, setelah
siuman, dukun darat menyampaikan beberapa hal yang tidak boleh dilakukan
(pantangan) warga selama tiga hari, antara lain melaut, bertengkar, menjuntai
kaki dari sampan ke laut, menjemur pakaian di pagar, dan mencuci kelambu serta
cincin di sungai atau laut.
Setelah semua ritual doa selesai, kedua dukun itu langsung
menata ketupat di atas sehelai tikar pandan. Sepuluh ketupat menghadap ke sisi
darat dan sepuluh lainnya ke sisi laut. Kemudian, 20 pemuda yang menjadi
peserta perang ketupat juga berhadapan dalam dua kelompok, menghadap ke laut
dan ke darat.
Dukun darat memberi contoh dengan melemparkan ketupat ke
punggung dukun laut dan kemudian dibalas, tetapi ketupat tidak boleh
dilemparkan ke arah kepala. Kemudian, dengan aba-aba peluit dari dukun laut,
perang ketupat pun dimulai.
Ke-20 pemuda langsung menghambur ke tengah dan saling
melemparkan ketupat ke arah lawan mereka. Semua bersemangat melemparkan ketupat
sekeras-kerasnya dan berebut ketupat yang jatuh. Keadaan kacau sampai dukun
laut meniup peluitnya tanda usai perang dan mereka pun berjabat tangan.
Selanjutnya, perang babak kedua dimulai. Prosesnya sama
dengan yang pertama, tetapi pesertanya diganti. Perang kali ini pun tidak kalah
serunya karena semua peserta melempar ketupat dengan penuh emosi.
Rangkaian upacara itu ditutup dengan upacara Nganyot Perae
atau menghanyutkan perahu mainan dari kayu ke laut. Upacara itu dimaksudkan
mengantar para makhluk halus pulang agar tidak mengganggu masyarakat Tempilang.
Pergeseran budaya
Kentalnya pengaruh dukun dan dominannya aspek dinamisme
dalam tradisi perang ketupat terjadi karena budaya ini merupakan warisan
masyarakat asli Pulau Bangka yang belum beragama, atau sering disebut sebagai
orang Lom. Tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan dimulainya tradisi ini.
Namun, berdasarkan cerita rakyat, ketika Gunung Krakatu meletus pada tahun
1883, tradisi ini sudah ada.
Seiring dengan masuknya pengaruh Islam ke Bangka, tradisi
tersebut pun mengalami beberapa perubahan cara dan pergeseran substansi.
Meskipun tetap turut menonton perang ketupat, sebagian besar warga yang
beragama Islam telah mengubah beberapa ritual menjadi bernuansa islami.
Perayaan yang dulunya difokuskan bagi roh-roh halus, kini
sebagian ditujukan untuk mengenang arwah leluhur. Demikian pula dengan sesaji,
diubah menjadi kenduri untuk dimakan bersama.
Upacara Adat Rebo Kasan
Kabupaten Bangka, Rabu tanggal 2 Februari 2011 adalah
pelaksanaan perayaan Rabu Kasan yang merupakan kegiatan adat tahunan,
diselenggarakan dengan meriah di desa Air Anyir Kecamatan Merawang Kabupaten
Bangka setiap tahunnya. Upacara ini merupakan tolak balak yang dilaksanakan
tiap-tiap hari Rabu di bulan Syafar Tahun Hijriah.
Kegiatan Rebo Kasan ini tetap layak untuk dilestarikan,
karena adat budaya daerah merupakan aktualisasi diri masyarakat yang alami,
luhur dan mencerminkan kebersamaan, dan kegiatan ini tentunya apabila dilihat
dari sisi positif, akan bisa menjadi daya tarik wisata dan budaya bagi
wisatawan asing dan lokal.
Latar belakang upacara Rebo Kasan ini berasal dari kata Rabu
yang terakhir (Bulan Syafar). Menurut keterangan dari beberapa orang ulama,
setiap tahun Allah menurunkan bermacam-macam bala lebih kurang 3.200 macam bala
ke muka bumi ini pada hari Rabu terakhir di bulan Syafar, mulai terbitnya fajar
sampai siang Rabu tersebut.
Maka setiap penduduk pada hari itu hendaklah hati-hati,
karena pada hari itulah yang paling mudah dan paling banyak mendapatkan bala
(bahaya). Oleh sebab itu dianjurkan pada setiap penduduk yang ada berencana
untuk mengerjakan pekerjaan yang berat-berat atau akan bepergian jauh sebaiknya
diundurkan atau dibatalkan dulu sampai kira-kira pukul 02.00 siang, serta
dianjurkan setiap penduduk pada hari itu sebaiknya berkumpul dan bersama-sama
membaca doa agar tersisih dari sekalian bala yang diturunkan Allah S.W.T pada
hari itu.
Untuk pelaksanaannya, masyarakat pergi beramai-ramai dan
berkumpul di tempat upacara serta membawa makanan-makanan, dan yang penting
adalah ketupat lepas yaitu ketupat tolak bala dan air wafak. Yang dimaksud
dengan ketupat tolak balak yaitu ketupat yang dianyam sedemikian rupa yang
mudah terlepas apabila bagian ujung dan pangkal daun yang dianyam itu ditarik.
Dan ketupat ini tanpa isi, hanya saja sekarang dibuat lebih menarik dengan
diisi uang sebagai daya tarik acara.
Lalu ada juga Air Wafak yaitu air yang telah dicampur dengan
air doa wafak yang diambil dari ayat Al-Quran dan doa-doa ini ditulis di piring
porselin yang putih bersih dengan tinta dawer dari Mekkah, kemudian piring yang
bertulisan itu diisi dengan air bersih sampai tulisan itu terhapus dan
bercampur dengan air tadi. Jika kita memerlukan lebih banyak, maka air ini
boleh kita tambah sebanyak mungkin.
RUMAH ADAT
Rumah Panggung
Secara umum arsitektur di Kepulauan Bangka Belitung berciri
Arsitektur Melayu seperti yang ditemukan di daerah-daerah sepanjang pesisir
Sumatera dan Malaka. Di daerah ini dikenal ada tiga tipe yaitu Arsitektur
Melayu Awal, Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas. Rumah Melayu Awal
berupa rumah panggung kayu dengan material seperti kayu, bambu, rotan, akar
pohon, daun-daun atau alang-alang yang tumbuh dan mudah diperoleh di sekitar
pemukiman. Bangunan Melayu Awal ini beratap tinggi di mana sebagian atapnya
miring, memiliki beranda di muka, serta bukaan banyak yang berfungsi sebagai
fentilasi. Rumah Melayu awal terdiri atas rumah ibu dan rumah dapur, yang
berdiri di atas tiang rumah yang ditanam dalam tanah. Berkaitan dengan tiang,
masyarakat Kepulauan Bangka Belitung mengenal falsafah 9 tiang. Bangunan
didirikan di atas 9 buah tiang, dengan tiang utama berada di tengah dan didirikan
pertama kali. Atap ditutup dengan daun rumbia. Dindingnya biasanya dibuat dari
pelepah/kulit kayu atau buluh (bambu). Rumah Melayu Bubung Panjang biasanya
karena ada penambahan bangunan di sisi bangunan yang ada sebelumnya, sedangkan
Bubung Limas karena pengaruh dari Palembang. Sebagian dari atap sisi bangunan
dengan arsitektur ini terpancung. Selain pengaruh arsitektur Melayu ditemukan
pula pengaruh arsitektur non-Melayu seperti terlihat dari bentuk Rumah Panjang
yang pada umumnya didiami oleh warga keturunan Tionghoa. Pengaruh non-Melayu
lain datang dari arsitektur kolonial, terutama tampak pada tangga batu dengan
bentuk lengkung.
Masakan/makanan tradisional
Lempah kuning adalah
masakan khas dari Pulau Bangka. Bahan dasar makanan ini adalah ikan laut dan
dapat juga memakai daging, yang kemudian diberi bermacam bumbu dapur seperti
kunyit, bawang merah dan putih serta lebngkuas dan terasi atau belacan yang
khas dari daerah Bangka.
Getas atau Keretekadalah makanan yang
berbahan dasar ikan dan terigu yang buat dengan berbagi bentuk yang rasanya
hampir sama dengan kerupuk.
Rusip adalah makanan yang
terbuat dari bahan dasar ikan bilis yang dicuci bersih dan diriskan secara
steril, kemudian dicampur dengan garam yang komposisinya seimbang. Di samping
itu ditambahkan juga air gula kabung agar aroma lebih terasa, kemudian disimpan
sampai menjadi matang tanpa proses pemanasan. Adonan ini harus ditutup dengan
wadah yang rapat agar tidak tercampur dengan benda asing apapun. Dahulu
biasanya proses adonan ini ditempatkan dalam guci yang bermulut sempit. Suhu
ruangan harus dijaga. Makanan ini dapat dimasak dulu atau dimakan langsung
dengan lalapan.
Terbuat dari udang kecil segar yang disebut dengan udang
cencalo/rebon. Udang dicuci bersih dan dicampur dengan garam sebagai pengawet
agar tahan lebih lama. sangat cocok untuk teman lauk nasi hangat dengan lalapan
ketimun, tomat dan sayuran segar lainnya. Calok juga enak sebagai campuran
omelete telur, rasanya akan lebih gurih dan nikmat.
Tetirip adalah sejenis tiram kecil yang biasanya hidup di
tepi pantai dan melekat pada bebatuan. dagingnya sangat kecil tapi memiliki
rasa da tekstur seperti tiram pada umumnya. biasanya dimakan segar atau di
asinkan dengan garam jika ingin disimpan.Teritip sangat nikmat jika ditambahkan
dengan cabe merah dan jeruk kunci (sejenis jeruk asam khas bangka).
Lempok, makanan sejenis dodol yang
terbuat dari campuran gula pasir dan buah-buahan tertentu (umumnya cempedak,
nangka dan durian). Buah yang digunakan dilembutkan sampai memyerupai bubur,
kemudian dicampur dengan gula pasir dengan perbandingan tertentu dan dipanaskan
di atas api sampai kecoklatan dan mudah dibentuk. Selama pemanasan, campuran
harus selalu diaduk.
Masyarakat keturunan Tionghoa dari daerah ini terkenal
karena masakannya serta kue-kue basahnya. Mie Bangka, Martabak
Bangkaatau Hok Lopan atau Van De Cock, Ca Kwe dan
berbagai jenis makanan lainnya sering kali dijual oleh kelompok masyarakat ini
yang merantau ke kota-kota besar di luar provinsi ini.
Tempat wisata
Pulau Bangka sangat terkenal dengan keindahan pantainya.
Pada umumnya pantai di Bangka berpasir putih dan halus namun ada juga yang
berwarna kuning keemasan seperti bulir padi. Pantainya landai dengan ombak
lumayan besar dan dikelilingi oleh batu vulkanik yang unik dan indah. Beberapa
pantai yang terkenal di Pulau Bangka antara lain:
Khusus Pulau Belitung merupakan pulau yang indah dengan
pasir putih, pemandangan unik dengan pantai pasir putih yang asli dihiasi oleh
batu-batu granit yang artistik dan air laut sejernih kristal dan dikelilingi
oleh ratusan pulau-pulau kecil. Salah satu pantai terbaik dan unik di
Indonesia, seperti:
Selain objek wisata pantai terdapat juga obyek wisata
lainnya antara lain:
Pesanggrahan Bung Karno Bukit Menumbing
Wisma Ranggam Mentok
Rumah Mayor Mentok
Masjid Jami' di Mentok
Tangga Seribu Mentok
Museum Timah Pangkalpinang
Masjid Jami' Pangkalpinang
Perkampungan Cina Tradisional Simpang Gedong
Taman Pha Kak Liang di Belinyu
Kolam Pemandian Air Panas di Pemali
Vihara Dewi Kuan Im di Sungailiat
Lokasi Film Laskar Pelangi di Gantung
Vihara Budhayana Dewi Kwam In Damar
Bendungan Pice Gantung
A1 Bukit Samak Manggar
Museum Buding
Situs Raja Balok
Perigi Belande Buding
Sumber : http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.com/2011/05/kebudayaan-dan-kesenian-bangka-belitung.html
KEBUDAYAAN DAN KESENIAN BANGKA BELITUNG
NAMA : Edo Pratama
NPM : 52413767
Kebudayaan Dan Kesenian Bangka Belitung
Pendahuluan
Sejarah Kepulauan Bangka Belitung
Wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, terutama Pulau
Bangka berganti-ganti menjadi daerah taklukan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
Setelah kapitulasi dengan Belanda, Kepulauan Bangka Belitung menjadi jajahan
Inggris sebagai "Duke of Island". 20 Mei 1812 kekuasaan Inggris
berakhir setelah konvensi London 13 Agustus 1824, terjadi peralihan kekuasaan
daerah jajahan Kepulauan Bangka Belitung antara MH. Court (Inggris) dengan K.
Hcyes (Belanda) di Muntok pada 10 Desember 1816. Kekuasaan Belanda mendapat
perlawanan Depati Barin dan putranya Depati Amir yang di kenal sebagai perang
Depati Amir (1849-1851). Kekalahan perang Depati Amir menyebabkan Depati Amir
diasingkan ke Desa Air Mata Kupang NTT. Atas dasar stbl. 565, tanggal 2
Desember 1933 pada tanggal 11 Maret 1933 di bentuk Resindetil Bangka Belitung
Onderhoregenheden yang dipimpin seorang residen Bangka Belitung dengan 6
Onderafdehify yang di pimpin oleh Ast. Residen. Di Pulau Bangka terdapat 5
Onderafdehify yang akhirnya menjadi 5 Karesidenan sedang di Pulau Belitung
terdapat 1 Karesidenan. Di zaman Jepang, Karesidenan Bangka Belitung di
perintah oleh pemerintahan Militer Jepang yang disebut Bangka Beliton Ginseibu.
Setelah Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, oleh Belanda di bentuk Dewan
Bangka Sementara pada 10 Desember 1946 (stbl.1946 No.38) yang selanjutnya resmi
menjadi Dewan Bangka yang diketuai oleh Musarif Datuk Bandaharo Leo yang
dilantik Belanda pada 11 November 1947. Dewan Bangka merupakan Lembaga
Pemerintahan Otonomi Tinggi. Pada 23 Januari 1948 (stb1.1948 No.123), Dewan
Bangka, Dewan Belitung dan Dewan Riau bergabung dalam Federasi Bangka Belitung
dan Riau (FABERI) yang merupakan suatu bagian dalam Negara Republik Indonesia
Serikat (RIS). Berdasarkan Keputusan Presiden RIS Nomor 141 Tahun 1950 kembali
bersatu dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) hingga berlaku
undang-undang Nomor 22 Tahun 1948. Pada tanggal 22 April 1950 oleh Pemerintah
diserahkan wilayah Bangka Belitung kepada Gubernur Sumatera Selatan Dr. Mohd.
lsa yang disaksikan oleh Perdana Menteri Dr. Hakim dan Dewan Bangka Belitung
dibubarkan. Sebagai Residen Bangka Belitung ditunjuk R. Soemardja yang
berkedudukan di Pangkalpinang.Berdasarkan UUDS 1950 dan UU Nomor 22 Tahun 1948
dan UU Darurat Nomor 4 tanggal 16 November 1956 Karesidenan Bangka Belitung
berada di Sumatera Selatan yaitu Kabupaten Bangka dan dibentuk juga kota kecil
Pangkalpinang. Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1957 Pangkalpinang menjadi Kota
Praja. Pada tanggal 13 Mei 1971 Presiden Soeharto meresmikan Sungai Liat
sebagai ibukota Kabupaten Bangka. Berdasarkan UU Nomor 27 Tahun 2000 wilayah
Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung menjadi Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Selanjutnya sejak tanggal 27 Januari 2003 Provinsi
Kepualauan Bangka Belitung mengalami pemekaran wilayah dengan menambah 4
Kabupaten baru yaitu Kabupaten Bangka Barat, Bangka Tengah, Belitung Timur dan
Bangka Selatan.
VISI MISI PROVINSI BANGKA BELITUNG
VISI
Terwujudnya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Yang Aman,
Damai, Sejahtera, Adil, Demokratis Dan Berdaya Saing Global Dalam Wadah Negara
Kesatuan Republik Indonesia
MISI
1. Membangun komitmen bersama
pemerintah, masyarakat untuk menciptakan iklim kondusif, dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila Dan UUD 1945.
2. Meningkatkan kualitas sumber
daya insani masyarakat melalui penguatan sektor pendidikan, kesehatan,
olahraga, seni dan budaya daerah/nasional serta pembinaan generasi muda.
3. Meningkatkan kapasitas
pengayoman dan pelayanan publik baik kepada masyarakat pada umumnya maupun
pelayanan investasi dalam segala sektor dengan menerapkan sekurang-kurangnya
Standard Pelayanan Minimum (SPM) dan secara bertahap mengupayakan penguatan
kapasitas melalui pengaplikasian E-Government di lingkungan Pemerintah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung termasuk Kabupaten/Kota.
4. Meningkatkan kapabilitas
infrastruktur, dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi masyarakat dan
penguatan kapasitas infrastruktur yang berkaitan dengan investasi seperti
bandara, pelabuhan laut, kawasan industri, pembangkit tenaga listrik,
telekomunikasi, instalasi air bersih, rumah sakit, dan perbankan.
5. Menciptakan lapangan kerja
dan lapangan berusaha, dalam rangka meningkatkan income per kapita dan daya
beli masyarakat melalui penguatan terhadap 6 sektor unggulan daerah (yaitu:
kelautan dan perikanan, pariwisata, pertanian, pertambangan, perindustrian,
perdagangan dan jasa), serta menciptakan tenaga kerja siap pakai dan berdaya
saing sebagai salah satu komoditas daerah yang siap dipasarkan ke lingkup
domestik, regional dan global.
6. Memperhatikan masalah
lingkungan hidup sebagai salah satu azas dalam mengambil keputusan publik pada
semua sektor pembangunan sekaligus melakukan upaya rehabilitasi, reklamasi dan
refungsionalisasi terhadap lahan-lahan kritis menjadi lahan produktif dengan
melibatkan pemerintah, swasta dan masyarakat secara terpadu dan bersinergi.
7. Meneruskan penyusunan
Peraturan-Peraturan Daerah (Perda) sebagai penjabaran dari aturan
perundang-undangan yang lebih tinggi sebagai dasar penetapan kebijakan publik
pemerintah daerah yang legitimate serta melakukan penegakan hukum secara
konsisten dan konsekuen baik di lingkup internal pemerintahan maupun
masyarakat.
8. Melaksanakan program
pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui penguatan kapasitas lembaga ekonomi
rakyat seperti Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) Dan Koperasi untuk
menciptakan sentra-sentra pembangunan produk unggulan wilayah pedesaan/
kecamatan/kabupaten/kota sesuai dengan kultur dan potensi wilayah.
9. Meningkatan kapabilitas aparatur
pemerintah untuk menciptakan good governance dan clean government secara
tersistem dan menyeluruh dengan melakukan gerakan bersama dalam pemberantasan
KKN berbasis kultur dan agama. melakukan penerapan prinsip reward and
punishment dalam rangka meningkatkan rasa tanggung jawab dan kebanggaan
profesionalisme dengan tidak mengenyampingkan jiwa pengabdian sebagai “abdi
negara” dan semangat patriotisme sebagai bagian anak bangsa yang senantiasa
berupaya melestarikan semangat kejuangan 17 Agustus 1945. Penegakan hukum (law
enforcement) dilakukan secara konsisten dan konsekuen tanpa pandang bulu,
menyeluruh “tidak tebang pilih” berdasarkan kepada Peraturan dan Undang-Undang
yang berlaku baik di lingkungan pemerintahan maupun masyarakat pada umumnya.
10. Melakukan
upaya pembangunan infrastuktur pada proyek-proyek strategis dalam rangka
meningkatkan daya saing regional dan global melalui pengupayaan pembangunan
international entry port (pelabuhan samudera) di belitung yang dilengkapi dengan
kawasan Free Trade Zone atau sekurang-kurangnya Bounded Zone sekaligus
melakukan penguatan infrastruktur di tingkat regional entry port (pelabuhan
nusantara) di Bangka dan Belitung serta meningkatkan status bandara Pangkal
Pinang untuk dapat mengakomodasi jalur penerbangan internasional dengan route
Singapura-Bangka-Bali (Sibaba) sekaligus memperkuat jalur penerbangan regional
yang menghubungkan secara rutin Jakarta-Bangka, Jakarta Belitung,
Jakarta-Bangka-Belitung, Batam-Bangka-Belitung-Palembang serta mengupayakan
percepatan realisasi belitung sebagai etalase kelautan dan merintis konsep
pengembangan Zona Karimata (Karimata Growth Zone).
Sosial Budaya
Penduduk Pulau Bangka dan Pulau Belitung yang semula dihuni
orang-orang suku laut, dalam perjalanan sejarah yang panjang membentuk proses
kulturisasi dan akulturasi. Orang-orang laut itu sendiri berasal dari berbagai
pulau. Orang laut dari Belitung berlayar dan menghuni pantai-pantai di Malaka.
Sementara mereka yang sudah berasimilasi menyebar ke seluruh Tanah Semenanjung
dan pulau-pulau di Riau. Kemudian kembali dan menempati lagi Pulau Bangka dan
Belitung. Sedangkan mereka yang tinggal di Riau Kepulauan berlayar ke Bangka.
Datang juga kelompok-kelompok Orang Laut dari Pulau Sulawesi dan Kalimantan.
Pada gelombang berikutnya, ketika mulai dikenal adanya Suku Bugis, mereka
datang dan menetap di Bangka, Belitung dan Riau. Lalu datang pula orang dari
Johor, Siantan yang Melayu, campuran Melayu-Cina, dan juga asli Cina, berbaur
dalam proses akulturasi dan kulturisasi. Kemudian datang pula orang-orang
Minangkabau, Jawa, Banjar, Kepulauan Bawean, Aceh dan beberapa suku lain yang
sudah lebih dulu melebur. Lalu jadilah suatu generasi baru: Orang Melayu Bangka
Belitung.
Bahasa yang paling dominan digunakan di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung adalah Bahasa Melayu yang juga disebut sebagai bahasa daerah,
namun seiring dengan keanekaragaman suku bangsa, bahasa lain yang digunakan
antara lain bahasa Mandarin dan bahasa Jawa.
Penduduk Kepulauan Bangka Belitung merupakan masyarakat yang
beragama dan menjunjung tinggi kerukunan beragama. Ditinjau dari agama yang
dianut terlihat bahwa penduduk provinsi ini memeluk agama Islam dengan
presentase sebesar 86.91 persen, untuk penduduk yang menganut agama Budha
sebesar 7.83 persen, agama Kristen Protestan sebesar 2.70 persen, agama
Katholik sebesar 2.45 persen dan lainnya atau 0.11 menganut agama Hindu. Tempat
peribadatan agama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ada sebanyak 718
mesjid, 438 mushola, 102 langgar, 87 gereja protestan, 30 gereja katholik, 48
vihara dan 11 centiya.
AGAMA
Agama yang dianut Masyarakat Bengkulu mayoritas adalah Agama
Islam yang memang di Indonesia sendiri umumnya adalah menganut Agama
Islam dan juga terdapat agama lain seperti Kristen, Hindu, Budha, bahkan ada
yang menganut Animisme.
Atraksi/Event Budaya
Senjata tradisional
Parang bangka bentuknya
seperti layar kapal.
Alat ini digunakan terutama untuk perkelahian jarak pendek. Senjataini mirip
dengan golok di Jawa, namun ujung
parang ini dibuat lebar dan berat guna meningkatkan bobot supaya sasaran dapat
terpotong dengan cepat. Parang yang berdiameter sedang atau sekitar 40 cm juga dapat digunakan
untuk menebang pohon karena
bobot ujungnya yang lebih besar dan lebih berat.
Kedik adalah alat tradisional
yang digunakan sebagai alat pertanian. Alat ini digunakan di perkebunan
terutama di kebun lada.
Dalam menggunakannya si pemakai harus berjongkok dan bergerak mundur atau
menyamping. Alat ini digunakan dengan cara diletakkan pada tanah dan ditarik ke
belakang. Alat ini efektif untuk membersihkan rumput pengganggu tanaman lada.
Kedik biasanya digunakan oleh kaum wanita karena alatnya kecil dan relatif
lebih ringan. Kedik hanya dapat digunakan untuk rumput jenis yang kecil atau
rumput yang tumbuh dengan akar yang dangkal, bukan ilalang.
Musik Dambus Etnik Melayu Khas Bangka Belitung
Musik etnik daerah sudah sepantasnya diangkat ke permukaan,
mengingat selama ini potensi besar yang dimiliki daerah bidang seni dan
kebudayaan belum optimal dikembangkan.
Menguatnya perkembangan industri pariwisata membutuhkan
unsur-unsur penunjang yang cukup. Pariwisata bukan hanya pantai, hotel, candi,
dan lain-lainnya tanpa di sertai keberadaan seni dan budaya yang menarik.
Seperti Bali yang sangat populer di seluruh mata wisatawan mancanegara karena
kaya akan tempat wisata, seni dan kebudayaan yang unik dan khas.
Demikian pula dengan musik etnik melayu, khususnya dambus.
Di Bangka Belitung dalam beberapa tahun terakhir gencar dikembangkan berbagai
kegiatan kesenian musik dambus dalam berbagai event. Bahkan sekarang ini sudah
banyak terbentuk sanggar seni dambus di berbagai daerah di Bangka.
Keberadaan musik dambus yang dulunya hanya terpelihara oleh
masyarakat yang sudah berumur (tua) kini mulai mendapat tempat. Dengan adanya
keberadaan sanggar musik membuat seni dambus mampu menarik minat kaum muda
untuk mempelajarinya.
Bahkan dalam waktu dekat, salah satu sanggar di Bangka
Belitung akan turut berperan serta dalam Festival Lomba Zapin Melayu yang akan
diselenggarakan di Negara Malaysia. Acara ini diikuti oleh banyak daerah melayu
dan negara seperti Aceh, Kep. Riau, Bangka Belitung, Malaysia, Brunai, Serawak
dan lain sebagainya. Berbagai kesenian melayu akan dihadirkan dalam acara
tersebut termasuk tarian dincak dambus.
Musik dambus dengan irama denting dawainya yang khas
menyimpan sejuta ‘rasa’ yang lain dibandingkan musik lain. Musik dambus
dimainkan dengan diiringi lagu dan tarian khas melayu yang di Bangka Belitung
disebut dengan nama “DINCAKâ€. Dahulu
pada perkembangannya, musik dambus selalu menjadi andalan dalam berbagai
kegiatan masyarakat seperti perayaan pesta perkawinan, pesta adat, dan berbagai
kegiatan lainnya.
Pakaian adat Pengantin
Pakaian adat pengantin Kota Pangkalpinang untuk perempuan
adalah baju kurung merah yang biasanya terbuat dari bahan sutra atau beludru
yang jaman dulu disebut baju Seting dan kain yang dipakai adalah kain bersusur
atau kain lasem atau disebut juga kain cual yang merupakan kain tenun asli dari
Mentok. Pada kepalanya memakai mahkota yang dinamakan “Paksian”. Bagi mempelai
laki-laki memakai “Sorban” atau disebut “Sungkon”.
Baju pengantin perempuan menurut keterangan orang tua-tua
berasal dari negeri Cina, konon menurut cerita ada saudagar dari Arab yang
datang ke negeri Cina untuk berdagang sambil menyiarkan agama Islam dan jatuh
cinta dengan seorang gadis Cina kemudian melangsungkan perkawinan dengan gadis
Cina tersebut, pada perkawinan inilah mereka memakai pakaian adat
masing-masing. Selanjutnya karena banyaknya orang-orang Cina dan Arab yang
datang merantau ke pulau Bangka terutama ke Kota Mentok yang merupakan pusat
pemerintahan pada waktu itu diantaranya ada yang melakukan perkawinan maka
banyaklah penduduk pulau Bangka yang meniru pakaian tersebut. Pakaian pengantin
tersebut pada akhirnya kita sebut dengan nama “Paksian”. Pakaian tersebut
terdiri dari :
Pakaian Pengantin Perempuan
Pakaian pengantin perempuan adalah baju kurung dengan bahan
beludru merah yang dilengkapi dengan teratai atau penutup dada serta
menggunakan kain cual yaitu kain tenun asli Bangka yang berasal dari Mentok,
dengan hiasan kepala yang biasa kita sebut Paksian dan dilengkapi dengan
asesoris :
1. Kembang cempaka
2. Kembang goyang
3. Daun bambu
4. Kuntum cempaka
5. Sepit udang
6. Pagar tenggalung
7. Sari bulan
8. Tutup sanggul atau kembang
hong
9. Kalung
10. Anting
panjang
11. Gelang
12. Pending
untuk pinggang
Baju pengantin perempuan ditambah dengan hiasan payet atau
manik-manik dan dilengkapi dengan hiasan Ronce Melati untuk keindahan dan
keharuman alami (bukan keharusan).
Pakaian Pengantin Perempuan berwarna Ungu Kemilik
|
Pakaian Pengantin Perempuan berwarna Merah
|
Mahkota Paksian
|
Mahkota Paksian
|
||||||||
Pakaian Pengantin Laki-laki
Adapun untuk pakaian pengantin laki-laki terdiri dari :
1. Jubah panjang sebatas
betis
2. Selempang yang dipakai
pada bahu sebelah kanan
3. Celana
4. Penutup kepala seperti
sorban (sungkon)
5. Pending
6. Selop / Sendal Arab
Pakaian pengantin laki-laki ini berwarna merah dan
biasanya dari bahan beludru dengan hiasan manik-manik dan sama dengan
pengantin perempuan dilengkapi dengan Ronce Melati untuk keindahan dan
keharuman alami (bukan keharusan).
|
Tata Rias dan Hiasan
1. Hiasan Dahi
Memakai penutup dahi yang diberi nama “Paksian” dan di dahi
dipasang Saribulan, Pagar Tanggalung dan Sepit Udang pada samping kiri kanan
telinga (Godeg).
UPACARA ADAT BANGKA BELITUNG
·
·
A. Selayang Pandang
· Buang
Jong merupakan salah satu upacara tradisional yang secara turun-temurun
dilakukan oleh masyarakat suku Sawang di Pulau Belitung. Suku Sawang adalah
suku pelaut yang dulunya, selama ratusan tahun, menetap di lautan. Baru pada
tahun 1985 suku Sawang menetap di daratan, dan hanya melaut jika ingin mencari
hasil laut.
· Buang
Jong dapat berarti membuang atau melepaskan perahu kecil
(Jong) yang di dalamnya berisi sesajian dan ancak (replika kerangka
rumah-rumahan yang melambangkan tempat tinggal). TradisiBuang
Jong biasanya dilakukan menjelang angin musim barat berhembus, yakni
antara bulan Agustus-November.
· Pada
bulan-bulan tersebut, angin dan ombak laut sangat ganas dan mengerikan. Gejala
alam ini seakan mengingatkan masyarakat suku Sawang bahwa sudah waktunya untuk
mengadakan persembahan kepada penguasa laut melalui upacara Buang
Jong. Upacara ini sendiri bertujuan untuk memohon perlindungan agar
terhindar dari bencana yang mungkin dapat menimpa mereka selama mengarungi
lautan untuk menangkap ikan.
· Keseluruhan
proses ritual Buang Jong dapat memakan waktu hingga dua hari dua
malam. Upacara ini sendiri diakhiri dengan melarung miniatur kapal bersama
berbagai macam sesaji ke laut. Pascapelarungan, masyarakat suku Sawang dilarang
untuk mengarungi lautan hingga tiga hari ke depan.
B. Keistimewaan
· Buang
Jong dimulai dengan menggelar Berasik, yakni prosesi menghubungi atau
mengundang mahkluk halus melalui pembacaan doa, yang dipimpin oleh pemuka adat
suku Sawang. Pada saat prosesi Berasik berlangsung, akan tampak gejala
perubahan alam, seperti angin yang bertiup kencang ataupun gelombang laut yang
tiba-tiba begitu deras.
· Usai
ritual Berasik, upacara Buang Jong dilanjutkan dengan Tarian
Ancak yang dilakukan di hutan. Pada tarian ini, seorang pemuda akan
menggoyang-goyangkan replika kerangka rumah yang telah dihiasi dengan daun
kelapa, ke empat arah mata angin. Tarian yang diiringi dengan suara gendang
berpadu gong ini, dimaksudkan untuk mengundang para roh halus, terutama roh
para penguasa lautan, untuk ikut bergabung dalam ritual Buang Jong. Tarian
Ancakberakhir ketika si penari kesurupan dan memanjat tiang tinggi yang
disebut jitun.
· Selain Tarian
Ancak, Tari Sambang Tali juga dijadikan salah satu rangkaian acara dalam
upacara Buang Jong. Tarian yang dimainkan oleh sekelompok pria ini,
diambil dari nama burung yang biasa menunjukkan lokasi tempat banyaknya ikan
buruan bagi para nelayan di laut. Ketika nelayan hilang arah, burung ini pula
yang menunjukkan jalan pulang menuju daratan.
· Upacara
Buang Jong kemudian dilanjutkan dengan ritual Numbak Duyung,
yakni mengikatkan tali pada sebuah pangkal tombak, seraya dibacakan
mantra. Mata tombak yang sudah dimantrai ini sangat tajam, hingga konon
dapat digunakan untuk membunuh ikan duyung. Karena itu pula ritual ini disebut
dengan Numbak Duyung. Ritual kemudian dilanjutkan dengan memancing ikan di
laut. Konon, jika ikan yang didapat banyak, maka orang yang mendapat ikan
tersebut tidak diperbolehkan untuk mencuci tangan di laut.
· Setelah
itu, Buang Jong dilanjutkan dengan acara jual-beli jong.Pada
acara ini, orang darat (penduduk sekitar perkampungan suku Sawang) turut
dilibatkan. Karena, jual beli di sini tidak dilakukan dengan menggunakan uang,
namun lebih kepada pertukaran barang antara orang darat dengan orang laut. Pada
acara ini, dapat terlihat bagaimana orang darat dan orang laut saling mendukung
dan menjalin kerukunan. Dengan perantara dukun, orang darat meminta agar orang
laut mendapat banyak rejeki, sementara orang laut meminta agar tidak dimusuhi
saat berada di darat. Acara ini kemudian dilanjutkan dengan Beluncong,
yakni menyanyikan lagu-lagu khas suku Sawang dengan bantuan alat musik
sederhana.Usai Beluncong, acara disambung dengan Nyalui, yaitu mengenang
arwah orang-orang yang sudah meninggal melalui nyanyian.
C. Lokasi
· Upacara
Buang Jong biasanya diadakan di kawasan pantai yang dekat dengan
perkampungan suku Sawang. Salah satunya diTanjung Pendam, Kecamatan
Tanjung Pandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Indonesia.
D. Akses
· Bagi
pengunjung yang berasal dari luar Kabupaten
Belitung,sangatlah mudah untuk menuju ke Tanjung Pendam, salah satu lokasi
diadakannya Upacara Buang Jong. Karena, Bandar Udara H. A. S.
Hanandjoeddin berada di Tanjung Pandan. Dari bandara, pengunjung
dapat menyewa motor ataupun mobil yang banyak ditawarkan di sekitar bandara.
E. Harga Tiket
· Pengunjung
yang ingin melihat langsung upacara Buang Jong, tidak dikenakan biaya
apapun.
F. Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
· Pengunjung
yang ingin melihat keseluruhan rangkaian Upacara Buang Jong tidak perlu
khawatir untuk mencari penginapan. Di sekitar Kecamatan Tanjung Pandan telah
berdiri beberapa hotel. Selain itu, pengunjung juga akan dengan mudah
menemui beberapa bank pemerintah dan mesin ATM, jika kehabisan uang selama
di Tanjung Pandan. Untuk kemudahan komunikasi, beberapa operator selular
nasional telah membuka jaringan di sana.
· Catatan
: Tradisi ini juga dilakukan di wilayah Kabupaten Bangka Selatan, oleh
nelayan asal belitung (suku sawang) yang menetap di pesisir Pulau Bangka bagian
selatan
Perang Ketupat
Gendang panjang, gendang Tempilang/Gendang disambit, kulet
belulang/Tari kamei, tari Serimbang,/Tari kek nyambut, tamu yang datang
Lagu Timang Burong (Menimang Burung) pengiring tari
serimbang itu dilantunkan secara lembut. Lagu itu, diiringi suara gendang dari
enam penabuh serta alunan biola, untuk mengiringi gerak lima penari remaja yang
menyambut tamu. Dengan baju dan selendang merah, kelima penari menyita
perhatian ribuan pengunjung yang memadati Pantai Pasir Kuning, Tempilang,
Bangka Barat, Bangka Belitung.
Tarian yang menggambarkan kegembiraan sekumpulan burung
siang menyambut kehadiran seekor burung malam itu merupakan pembukaan dari
rangkaian tradisi perang ketupat, khas Kecamatan Tempilang, awal September
lalu. Tradisi tersebut menggambarkan perang terhadap makhluk-makhluk halus yang
jahat, yang sering mengganggu kehidupan masyarakat.
Tradisi itu sebenarnya sudah dimulai pada malam sebelum
perang ketupat dimulai. Pada malam hari sebelumnya, tiga dukun Kecamatan
Tempilang, yaitu dukun darat, dukun laut, dan dukun yang paling senior, memulai
upacara Penimbongan.
Upacara dimaksudkan untuk memberi makan makhluk halus yang
dipercaya bertempat tinggal di darat. Sesaji untuk makanan makhluk halus itu
diletakkan di atas penimbong atau rumah-rumahan dari kayu menangor.
Secara bergantian, ketiga dukun itu memanggil roh-roh di
Gunung Panden, yaitu Akek Sekerincing, Besi Akek Simpai, Akek Bejanggut Kawat,
Datuk Segenter Alam, Putri Urai Emas, Putri Lepek Panden, serta makhluk halus
yang bermukim di Gunung Mares, yaitu Sumedang Jati Suara dan Akek Kebudin.
Menurut para dukun, makhluk-makhluk halus itu bertabiat baik
dan menjadi penjaga Desa Tempilang dari serangan roh-roh jahat. Karena itu,
mereka harus diberi makan agar tetap bersikap baik terhadap warga desa.
Pada upacara Penimbongan itu digelar tari campak, tari
serimbang, tari kedidi, dan tari seramo. Tari campak dilakukan dalam beberapa
tahap dengan iringan pantun yang dinyanyikan secara bersahut-sahutan. Tari ini
juga biasa digelar dalam pesta pernikahan atau pesta rakyat lainnya.
Tari kedidi lebih mirip dengan peragaan jurus-jurus silat
yang diilhami gerakan lincah burung kedidi, sedangkan tari seramo merupakan
tari penutup yang menggambarkan pertempuran habis-habisan antara kebenaran
melawan kejahatan.
Seusai upacara Penimbongan, para dukun itu kembali
mengadakan upacara Ngancak, yakni pada tengah malamnya. Upacara Ngancak
dimaksudkan memberi makan kepada makhluk halus penunggu laut.
Diterangi empat batang lilin, dukun laut membuka acara itu
dengan membaca mantra-mantra pemanggil makhluk halus penunggu laut, di antara
bebatuan tepi Pantai Pasir Kuning, Tempilang. Nama-nama makhluk halus itu
diyakini tidak boleh diberitahukan kepada masyarakat agar tidak disalahgunakan
untuk kepentingan tertentu.
Seperti pada upacara Penimbongan, upacara Ngancak juga
dilengkapi sesaji bagi makhluk halus penunggu laut. Sesaji itu dipercaya
merupakan makanan kesukaan siluman buaya, yaitu buk pulot atau nasi ketan,
telur rebus, dan pisang rejang.
Pagi harinya, seusai tari serimbang digelar, dukun darat dan
dukun laut bersatu merapal mantra di depan wadah yang berisi 40 ketupat. Mereka
juga berdoa kepada Yang Maha Kuasa agar perayaan tersebut dilindungi, jauh dari
bencana.
Di tengah membaca mantra, dukun darat tiba-tiba tak sadarkan
diri (trance) dan terjatuh. Dukun laut menolongnya dengan membaca beberapa
mantra, dan akhirnya dukun darat pun sadar dalam hitungan detik.
Menurut beberapa orang tua di tempat tersebut, ketika itu
dukun darat sedang berhubungan dengan arwah para leluhur. Kenyataannya, setelah
siuman, dukun darat menyampaikan beberapa hal yang tidak boleh dilakukan
(pantangan) warga selama tiga hari, antara lain melaut, bertengkar, menjuntai
kaki dari sampan ke laut, menjemur pakaian di pagar, dan mencuci kelambu serta
cincin di sungai atau laut.
Setelah semua ritual doa selesai, kedua dukun itu langsung
menata ketupat di atas sehelai tikar pandan. Sepuluh ketupat menghadap ke sisi
darat dan sepuluh lainnya ke sisi laut. Kemudian, 20 pemuda yang menjadi
peserta perang ketupat juga berhadapan dalam dua kelompok, menghadap ke laut
dan ke darat.
Dukun darat memberi contoh dengan melemparkan ketupat ke
punggung dukun laut dan kemudian dibalas, tetapi ketupat tidak boleh
dilemparkan ke arah kepala. Kemudian, dengan aba-aba peluit dari dukun laut,
perang ketupat pun dimulai.
Ke-20 pemuda langsung menghambur ke tengah dan saling
melemparkan ketupat ke arah lawan mereka. Semua bersemangat melemparkan ketupat
sekeras-kerasnya dan berebut ketupat yang jatuh. Keadaan kacau sampai dukun
laut meniup peluitnya tanda usai perang dan mereka pun berjabat tangan.
Selanjutnya, perang babak kedua dimulai. Prosesnya sama
dengan yang pertama, tetapi pesertanya diganti. Perang kali ini pun tidak kalah
serunya karena semua peserta melempar ketupat dengan penuh emosi.
Rangkaian upacara itu ditutup dengan upacara Nganyot Perae
atau menghanyutkan perahu mainan dari kayu ke laut. Upacara itu dimaksudkan
mengantar para makhluk halus pulang agar tidak mengganggu masyarakat Tempilang.
Pergeseran budaya
Kentalnya pengaruh dukun dan dominannya aspek dinamisme
dalam tradisi perang ketupat terjadi karena budaya ini merupakan warisan
masyarakat asli Pulau Bangka yang belum beragama, atau sering disebut sebagai
orang Lom. Tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan dimulainya tradisi ini.
Namun, berdasarkan cerita rakyat, ketika Gunung Krakatu meletus pada tahun
1883, tradisi ini sudah ada.
Seiring dengan masuknya pengaruh Islam ke Bangka, tradisi
tersebut pun mengalami beberapa perubahan cara dan pergeseran substansi.
Meskipun tetap turut menonton perang ketupat, sebagian besar warga yang
beragama Islam telah mengubah beberapa ritual menjadi bernuansa islami.
Perayaan yang dulunya difokuskan bagi roh-roh halus, kini
sebagian ditujukan untuk mengenang arwah leluhur. Demikian pula dengan sesaji,
diubah menjadi kenduri untuk dimakan bersama.
Upacara Adat Rebo Kasan
Kabupaten Bangka, Rabu tanggal 2 Februari 2011 adalah
pelaksanaan perayaan Rabu Kasan yang merupakan kegiatan adat tahunan,
diselenggarakan dengan meriah di desa Air Anyir Kecamatan Merawang Kabupaten
Bangka setiap tahunnya. Upacara ini merupakan tolak balak yang dilaksanakan
tiap-tiap hari Rabu di bulan Syafar Tahun Hijriah.
Kegiatan Rebo Kasan ini tetap layak untuk dilestarikan,
karena adat budaya daerah merupakan aktualisasi diri masyarakat yang alami,
luhur dan mencerminkan kebersamaan, dan kegiatan ini tentunya apabila dilihat
dari sisi positif, akan bisa menjadi daya tarik wisata dan budaya bagi
wisatawan asing dan lokal.
Latar belakang upacara Rebo Kasan ini berasal dari kata Rabu
yang terakhir (Bulan Syafar). Menurut keterangan dari beberapa orang ulama,
setiap tahun Allah menurunkan bermacam-macam bala lebih kurang 3.200 macam bala
ke muka bumi ini pada hari Rabu terakhir di bulan Syafar, mulai terbitnya fajar
sampai siang Rabu tersebut.
Maka setiap penduduk pada hari itu hendaklah hati-hati,
karena pada hari itulah yang paling mudah dan paling banyak mendapatkan bala
(bahaya). Oleh sebab itu dianjurkan pada setiap penduduk yang ada berencana
untuk mengerjakan pekerjaan yang berat-berat atau akan bepergian jauh sebaiknya
diundurkan atau dibatalkan dulu sampai kira-kira pukul 02.00 siang, serta
dianjurkan setiap penduduk pada hari itu sebaiknya berkumpul dan bersama-sama
membaca doa agar tersisih dari sekalian bala yang diturunkan Allah S.W.T pada
hari itu.
Untuk pelaksanaannya, masyarakat pergi beramai-ramai dan
berkumpul di tempat upacara serta membawa makanan-makanan, dan yang penting
adalah ketupat lepas yaitu ketupat tolak bala dan air wafak. Yang dimaksud
dengan ketupat tolak balak yaitu ketupat yang dianyam sedemikian rupa yang
mudah terlepas apabila bagian ujung dan pangkal daun yang dianyam itu ditarik.
Dan ketupat ini tanpa isi, hanya saja sekarang dibuat lebih menarik dengan
diisi uang sebagai daya tarik acara.
Lalu ada juga Air Wafak yaitu air yang telah dicampur dengan
air doa wafak yang diambil dari ayat Al-Quran dan doa-doa ini ditulis di piring
porselin yang putih bersih dengan tinta dawer dari Mekkah, kemudian piring yang
bertulisan itu diisi dengan air bersih sampai tulisan itu terhapus dan
bercampur dengan air tadi. Jika kita memerlukan lebih banyak, maka air ini
boleh kita tambah sebanyak mungkin.
RUMAH ADAT
Rumah Panggung
Secara umum arsitektur di Kepulauan Bangka Belitung berciri
Arsitektur Melayu seperti yang ditemukan di daerah-daerah sepanjang pesisir
Sumatera dan Malaka. Di daerah ini dikenal ada tiga tipe yaitu Arsitektur
Melayu Awal, Melayu Bubung Panjang dan Melayu Bubung Limas. Rumah Melayu Awal
berupa rumah panggung kayu dengan material seperti kayu, bambu, rotan, akar
pohon, daun-daun atau alang-alang yang tumbuh dan mudah diperoleh di sekitar
pemukiman. Bangunan Melayu Awal ini beratap tinggi di mana sebagian atapnya
miring, memiliki beranda di muka, serta bukaan banyak yang berfungsi sebagai
fentilasi. Rumah Melayu awal terdiri atas rumah ibu dan rumah dapur, yang
berdiri di atas tiang rumah yang ditanam dalam tanah. Berkaitan dengan tiang,
masyarakat Kepulauan Bangka Belitung mengenal falsafah 9 tiang. Bangunan
didirikan di atas 9 buah tiang, dengan tiang utama berada di tengah dan didirikan
pertama kali. Atap ditutup dengan daun rumbia. Dindingnya biasanya dibuat dari
pelepah/kulit kayu atau buluh (bambu). Rumah Melayu Bubung Panjang biasanya
karena ada penambahan bangunan di sisi bangunan yang ada sebelumnya, sedangkan
Bubung Limas karena pengaruh dari Palembang. Sebagian dari atap sisi bangunan
dengan arsitektur ini terpancung. Selain pengaruh arsitektur Melayu ditemukan
pula pengaruh arsitektur non-Melayu seperti terlihat dari bentuk Rumah Panjang
yang pada umumnya didiami oleh warga keturunan Tionghoa. Pengaruh non-Melayu
lain datang dari arsitektur kolonial, terutama tampak pada tangga batu dengan
bentuk lengkung.
Masakan/makanan tradisional
Lempah kuning adalah
masakan khas dari Pulau Bangka. Bahan dasar makanan ini adalah ikan laut dan
dapat juga memakai daging, yang kemudian diberi bermacam bumbu dapur seperti
kunyit, bawang merah dan putih serta lebngkuas dan terasi atau belacan yang
khas dari daerah Bangka.
Getas atau Keretekadalah makanan yang
berbahan dasar ikan dan terigu yang buat dengan berbagi bentuk yang rasanya
hampir sama dengan kerupuk.
Rusip adalah makanan yang
terbuat dari bahan dasar ikan bilis yang dicuci bersih dan diriskan secara
steril, kemudian dicampur dengan garam yang komposisinya seimbang. Di samping
itu ditambahkan juga air gula kabung agar aroma lebih terasa, kemudian disimpan
sampai menjadi matang tanpa proses pemanasan. Adonan ini harus ditutup dengan
wadah yang rapat agar tidak tercampur dengan benda asing apapun. Dahulu
biasanya proses adonan ini ditempatkan dalam guci yang bermulut sempit. Suhu
ruangan harus dijaga. Makanan ini dapat dimasak dulu atau dimakan langsung
dengan lalapan.
Terbuat dari udang kecil segar yang disebut dengan udang
cencalo/rebon. Udang dicuci bersih dan dicampur dengan garam sebagai pengawet
agar tahan lebih lama. sangat cocok untuk teman lauk nasi hangat dengan lalapan
ketimun, tomat dan sayuran segar lainnya. Calok juga enak sebagai campuran
omelete telur, rasanya akan lebih gurih dan nikmat.
Tetirip adalah sejenis tiram kecil yang biasanya hidup di
tepi pantai dan melekat pada bebatuan. dagingnya sangat kecil tapi memiliki
rasa da tekstur seperti tiram pada umumnya. biasanya dimakan segar atau di
asinkan dengan garam jika ingin disimpan.Teritip sangat nikmat jika ditambahkan
dengan cabe merah dan jeruk kunci (sejenis jeruk asam khas bangka).
Lempok, makanan sejenis dodol yang
terbuat dari campuran gula pasir dan buah-buahan tertentu (umumnya cempedak,
nangka dan durian). Buah yang digunakan dilembutkan sampai memyerupai bubur,
kemudian dicampur dengan gula pasir dengan perbandingan tertentu dan dipanaskan
di atas api sampai kecoklatan dan mudah dibentuk. Selama pemanasan, campuran
harus selalu diaduk.
Masyarakat keturunan Tionghoa dari daerah ini terkenal
karena masakannya serta kue-kue basahnya. Mie Bangka, Martabak
Bangkaatau Hok Lopan atau Van De Cock, Ca Kwe dan
berbagai jenis makanan lainnya sering kali dijual oleh kelompok masyarakat ini
yang merantau ke kota-kota besar di luar provinsi ini.
Tempat wisata
Pulau Bangka sangat terkenal dengan keindahan pantainya.
Pada umumnya pantai di Bangka berpasir putih dan halus namun ada juga yang
berwarna kuning keemasan seperti bulir padi. Pantainya landai dengan ombak
lumayan besar dan dikelilingi oleh batu vulkanik yang unik dan indah. Beberapa
pantai yang terkenal di Pulau Bangka antara lain:
Khusus Pulau Belitung merupakan pulau yang indah dengan
pasir putih, pemandangan unik dengan pantai pasir putih yang asli dihiasi oleh
batu-batu granit yang artistik dan air laut sejernih kristal dan dikelilingi
oleh ratusan pulau-pulau kecil. Salah satu pantai terbaik dan unik di
Indonesia, seperti:
Selain objek wisata pantai terdapat juga obyek wisata
lainnya antara lain:
Pesanggrahan Bung Karno Bukit Menumbing
Wisma Ranggam Mentok
Rumah Mayor Mentok
Masjid Jami' di Mentok
Tangga Seribu Mentok
Museum Timah Pangkalpinang
Masjid Jami' Pangkalpinang
Perkampungan Cina Tradisional Simpang Gedong
Taman Pha Kak Liang di Belinyu
Kolam Pemandian Air Panas di Pemali
Vihara Dewi Kuan Im di Sungailiat
Lokasi Film Laskar Pelangi di Gantung
Vihara Budhayana Dewi Kwam In Damar
Bendungan Pice Gantung
A1 Bukit Samak Manggar
Museum Buding
Situs Raja Balok
Perigi Belande Buding
Sumber : http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.com/2011/05/kebudayaan-dan-kesenian-bangka-belitung.html
Sumber : http://kebudayaankesenianindonesia.blogspot.com/2011/05/kebudayaan-dan-kesenian-bangka-belitung.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar